Showing posts with label Mental Health. Show all posts
Showing posts with label Mental Health. Show all posts

Tuesday, October 4, 2022

Review Buku : "Cara Mudah Berdamai dengan Diri Sendiri" Karya Amar Maulana

Hubungan seseorang terhadap dirinya sendiri merupakan ikatan yang pasti namun tidak mudah untuk merasakannya. Ketika kita mempunyai rasa sayang dan memaafkan kepada orang lain, belum tentu hal tersebut telah ada untuk diri sendiri. Begitu juga ketika kita memberikan teguran atau sanksi kepada orang lain atas kesalahannya, apakah sudah bersikap demikian kepada diri sendiri?

Buku "Cara Mudah Berdamai dengan Diri Sendiri" menjelaskan bagaimana pentingnya seseorang menerima secara utuh apa yang ada pada dirinya. Buku ini ditulis oleh Amar Maulana pada tahun 2020. Dan diterbitkan melalui Cemerlang Publishing dengan jumlah halaman 146.

Baca lainnya : Review Buku "Kamu Gak Sendiri" Karya Syahid Muhammad

Pada bagian awal buku ini, kita akan diingatkan mengenai makna berdamai dengan diri sendiri. Karena hal itu tak jarang masih menjadi kebingungan tersendiri bagi sebagian orang. Misalkan dengan pertanyaan "apasih yang disebut dengan berdamai dengan diri", "bagaimana caranya berdamai dengan diri", pun juga "mengapa kita perlu berdamai dengan diri?"

Penulis menyampaikan bahwa hal pertama yang perlu dilakukan untuk memulai itu adalah mengenali diri sendiri. Mengenali semua hal yang ada pada diri, seperti apa saja yang bisa kita mampu dan apa saja yang perlu untuk diperbaiki. Atau secara sederhananya mengenali serta mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan diri.

Karena jika kita sudah mengenal diri, maka kita tidak akan menyalahkan sesuatu yang seharusnya di luar kontrol diri. Ibarat sebuah ruang, jika ruangan itu sempit dan berbentuk bundar maka tidak akan cocok dengan kursi jumbo yang berbentuk huruf L, sehingga tidak serasi dengan ruangan tersebut. 

Baca juga : Review Buku "I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki 1" Karya Baek Se Hee

Jika pengenalan terhadap diri sudah berhasil dilakukan, maka itu menjadi gerbang untuk kita berdamai dengan semua hal yang ada dalam diri kita. Termasuk segala macam rasa traumatis yang pernah kita lalui.

Sedangkan cara agar kita mampu berdamai dengan segala rasa trauma adalah memaafkan diri atas hal-hal tersebut yang sudah terjadi. Karena menerima dan memaafkan bukan berarti melupakan, namun tidak membenci diri. Sama halnya bahwa menerima bukan hanya sekadar mengakui terjadinya sebuah peristiwa, melainkan juga menerima segala dampak yang muncul sesudahnya.

Seseorang yang sudah menerima dirinya dengan baik, maka ia akan menjalani hidupnya dengan lebih positif, meningkatkan kemampuan dirinya untuk lebih berkualitas serta tidak mudah tersulut emosi dan tetap bijak ketika menghadapi tantangan tertentu.

Cek buku di Shopee: https://shope.ee/9K6xkDYucj


Continue reading Review Buku : "Cara Mudah Berdamai dengan Diri Sendiri" Karya Amar Maulana

Wednesday, September 21, 2022

Book Review - "I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki 1" Karya Baek Se Hee

Memahami diri sendiri merupakan langkah untuk mencintai dan menerima segala hal yang diri punya. Entah itu berupa sebuah kelebihan yang bersifat pujian atau kekurangan yang sering mendapat komentar dari orang lain. Tapi tentunya proses itu tidaklah mudah dan juga tidak sebentar dalam menjalaninya. 

Berbagai pertanyaan, kebingungan, kecemasan terkait diri sendiri, tertuang dalam buku ini. Karena penulis menceritakan apa yang pernah dialaminya secara transaparan dalam buku ini.

Dari judulnya "i want to die but i want to eat tteopokki" mempunyai daya tarik tersendiri bagi para pembaca. Karena kata "mati" yang pada dasarnya suatu peristiwa serius tapi dikaitkan dengan makanan khas korea "tteopokki" yang pada akhirnya membuat bertanya-tanya apa pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

Baca juga : Review buku "Insecurity is My Middle Name" Karya Alvi Syahrin

Bentuk penulisan dalam buku ini dikemas ke dalam gaya dialog. Yakni ketika penulis melakukan konsultasi dengan psikiater saat sedang proses terapi karena mengalami Distimia (bentuk kronis dari depresi). 

Percakapan yang diangkat adalah berkaitan dengan kondisi emosi atau keadaan yang dirasakan oleh penulis di setiap harinya, termasuk peristiwa apa yang baru ia alami dan yang ia rencanakan. Sehingga penulis dapat mengungkapkan hal/emosi apa yang sedang ia rasakan.

Buku ini berisi esai yang ditulis oleh Baek Se Hee, berasal dari Korea dan menjadi best seller di sana. Sehingga diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa --termasuk Indonesia-- dan telah mengalami cetak ulang yang ke sekian kali. Diterbitkan oleh Penerbit Haru pada tahun 2019 dengan ketebalan 236 halaman.

Pada dasarnya buku ini mengajak para pembaca untuk mengamati terhadap apa yang sedang diri rasakan. Termasuk hal-hal yang barangkali terdengar remeh, seperti rencana yang dilakukan sepulang kerja, menceritakan teman baru di kantor, dan lain-lain.

Namun ternyata, hal apapun yang terlintas dalam benak kita, hal sekecil apapun yang kita lewati, punya peran masing-masing untuk membentuk kita dalam proses berpikir, menentukan pilihan dan bagaimana kita mengambil keputusan.

Baca juga : Review buku "Duduk Dulu" Karya Syahid Muhammad

Seperti yang digambarkan dalam buku ini adalah ketika penulis menceritakan perasaannya saat menilai orang lain dari kesimpulan pendeknya. Menganggap bahwa segala hal hanya berkisar antara "iya" dan "tidak", "hitam" dan "putih", "disukai" dan "dibenci". Karenanya seolah tidak ada pemakluman ketika berbicara jujur tanpa memikirkan bagaimana tanggapan orang lain.

Dan hal seperti itu, tidak tiba-tiba ada, melainkan terbentuk perlahan bersamaan dengan pengalaman dan kondisi yang telah dilalui. Pun juga bukan berarti itu sesuatu yang mutlak, sehingga tidak bisa diubah. Justru dengan usaha mengenali segala emosi yang diri punya, merupakan kesempatan untuk memperbaiki hal-hal yang bersifat kurang baik/tepat.

Link Shopee buku I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki 1 : https://shope.ee/4V1rLYJBkA

Continue reading Book Review - "I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki 1" Karya Baek Se Hee

Thursday, September 15, 2022

Review Buku "Duduk Dulu" Karya Syahid Muhammad

Saat merasa gagal, kecewa, terluka, apa yang ingin atau secara spontanitas kalian lakukan? 

"Menangis? Bercerita? Berhenti? atau barangkali menyalahkan diri sendiri?"

Menghadapi keadaan yang tidak kita inginkan, seringkali membuat kita di bawah tekanan, bukan? semakin terintimidasi dan seperti dihakimi dengan segala polemik yang seolah di luar kontrol kita.

Buku "Duduk Dulu"  mengajak kita agar tidak lupa dengan diri kita sendiri, terutama dalam keadaan-keadaan tersebut. Mengingatkan kita dengan sesekali mencoba untuk ajak bicara diri sendiri, mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri karena sudah berusaha keras untuk bertahan sampai detik ini.


Buku ini ditulis oleh Syahid Muhammad pada tahun 2021, diterbitkan oleh Gradien Mediatama dengan jumlah halaman 236.

Buku dengan gaya self-talk ini berperan seperti teman dekat kita, bahkan seolah menjadi diri kita sendiri untuk berhak memeluk dan merangkul diri kita yang sedang terluka dan merasa lelah dengan semua hal. Yang tidak kalah penting adalah, mengajak kita untuk self-care agar tidak se-enak hati juga dalam bersikap kepada orang lain.


Salah satu part favorit adalah "kadang, kita sendiri yang perlu tepuk tangan atas perjuangan yang tidak disaksikan siapapun" (hal. 193).

Karena perjuangan dan usaha yang kita lakukan, orang lain tidak tahu-menahu tentang detailnya. Bahkan tidak jarang mereka tidak menyambut baik atas apa yang telah kita usahakan secara mati-matian. Maka dari itu, pilihan terbaik adalah mengapresiasi atas kerja keras diri sendiri, tanpa mengharapkan bagaimana orang lain merespons itu.


Saat membaca buku ini, kita akan menemukan hal-hal kecil yang membuat kita tersadar bahwa selama ini kita sering melupakan itu. Seperti, berterima kasih kepada diri sendiri, ajak ngobrol diri sendiri, lebih peka terhadap hal-hal di sekitar, sampai pada tidak sembarangan dalam bersikap dan menilai orang lain, sebagaimana terhadap diri sendiri.

Dengan "duduk dulu" kita memberi jeda sebentar untuk lebih kenal dan memahami diri sendiri yang bisa jadi selama ini sering kita abaikan.


"Jangan sampai terbiasa dengar kata orang, jadi lupa caranya mendengar diri sendiri" (hal. 196)

Dalam menentukan pilihan, kita justru mempunyai andil terbesar untuk membuat keputusan. Karenanya, jangan sampai lupa apa yang menjadi tujuan utama kita dalam melangkah, hanya karena terdengar suara orang lain yang barangkali seperti peduli, tapi ternyata malah sebaliknya.

Buku ini juga dilengkapi dengan beberapa ilustrasi yang membuat kita semakin nyaman untuk "duduk dulu" dan mendengarkan isi hati yang diwakili dengan membaca kalimat-kalimat yang terdapat dalam buku ini.

Link Shopee buku Duduk Dulu : https://shope.ee/4KiR8zhofK



Continue reading Review Buku "Duduk Dulu" Karya Syahid Muhammad

Saturday, August 27, 2022

Review Buku "Kamu Gak Sendiri" - by Syahid Muhammad

Mengetahui akan kekurangan atau kelemahan yang kita punya, tak jarang membuat kita merasa berbeda dengan yang lain. Atau barangkali takut apabila kita tidak diterima secara tulus oleh lingkungan di mana kita berada.

Berbekal dengan pengalaman yang tidak mudah, Syahid Muhammad menguraikan itu melalui buku "Kamu Gak Sendiri". Buku ini dicetak pada tahun 2019 setebal 339 halaman, dan diterbitkan oleh Gradien Mediatama.

Dalam buku ini dijelaskan bahwa perjalanan untuk memahami kemudian menerima atas segala hal-hal yang berbeda pada diri kita bukanlah sesuatu yang pantas dianggap remeh. Belum lagi ketika dihadapkan dengan respons orang lain, termasuk orang-orang terdekat kita. Tidak semua dari mereka dapat mengerti apa yang sebenarnya kita alami.

Baca lainnya : Review buku "Duduk Dulu" Karya Syahid Muhammad

Dan tidak berhenti sampai situ, buku ini sekaligus mengajak supaya kita melihat dari sudut pandang lain terkait hal-hal yang kita anggap sebagai kekurangan tersebut. Yakni mengubahnya sebagai sarana untuk memanfaatkannya pada kebaikan tertentu, termasuk berdampak positif bagi yang lain.

Salah satu kasusnya ialah "serangan panik" (hal. 19). Penulis menceritakan pengalaman pertamanya saat merasakan serangan panik. Kondisi di mana kehilangan kontrol diri, segala ketakutan dan kecemasan seperti datang secara bersamaan dengan skala yang sangat besar, disertai dengan napas yang pendek dan tak beraturan. 

Menjadi seseorang yang memiliki 'keistimewaan' seperti itu, penulis berulang kali mengalami trauma dan tekanan dari berbagai sisi. Namun, hingga pada waktunya, ia mendapatkan nasihat yang membuatnya berubah pikiran:

"Terima saja, jika kau tolak, hal besar yang seharusnya sampai padamu akan meleset. Dan kau akan semakin menyia-nyiakan hidupmu dengan terus melakukan penolakan."

Dimulai saat itu, ia merubah cara pandangnya. Serangan panik yang sebelumnya merupakan hal yang sangat ia takuti, telah berubah menjadi salah satu hal yang sangat ia syukuri.

Selain menceritakan dari sudut pandang melihat ke dalam diri sendiri, buku ini juga mengingatkan dari sisi ketika kita melihat orang lain. Bagaimana jadinya apabila ucapan/tindakan kita menjadi ancaman bagi orang lain. 

Misalkan ketika kita memberikan komentar sembarangan atas apa yang ada pada diri orang lain, bisa saja beberapa hari kemudian kita telah lupa, namun tidak untuk orang tersebut. Ucapan kita bisa menjadi pisau yang tak berhenti untuk memberikan luka baginya.

Baca juga : Review Buku "Insecurity Is My Middle Name" Karya Alvi Syahrin

Dan, aku percaya, bahwa semua orang sama mempunyai titik kelemahan dan kekurangan masing-masing. Yang membedakan adalah bagaimana kita melihatnya. Apakah itu hanya sebatas hal yang patut untuk selalu dirayakan kesedihannya, atau kita jadikan sebagai alat untuk bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

Link Shopee buku Kamu Gak Sendiri : https://shope.ee/89v8vT4rCy

Continue reading Review Buku "Kamu Gak Sendiri" - by Syahid Muhammad

Wednesday, August 24, 2022

Review Buku "Insecurity Is My Middle Name" - Karya Alvi Syahrin

Insecure bukan suatu hal baru di telinga kita, yaitu sebuah perasaan tidak percaya diri, minder, atau merasa takut atas keadaan yang kita tidak nyaman. Apalagi bisa dikatakan kita semua pasti pernah mengalaminya, entah itu dari kalangan muda atau pun tua. Karena insecure merupakan respons manusiawi saat menghadapi peristiwa-peristiwa tertentu. 

Namun yang jadi permasalahannya adalah ketika insecure terlampau menguasai diri kita, sehingga mengganggu keseimbangan kita dalam berpikir dan bersikap. Bahkan sampai melupakan kebaikan-kebaikan lain yang telah kita terima dan rasakan. 

"Insecurity is My Middle Name" menjadi sebuah karya yang menurutku tepat sekali atas keberadaannya. Buku ini menjadi salah satu buku favorit yang ditulis Alvi Syahrin. Diterbitkan oleh Alvi Ardhi Publishing dengan jumlah halaman 264. Bahkan sampai sekarang -saat artikel ini ditulis- buku ini sudah melalui proses Cetakan Ketujuh.

Baca juga : Review buku "I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki 1" Karya Baek Se Hee

Tentu bukan alasan ketika buku ini menempati tempat tersendiri di hati para pembaca. Rasa inseucre yang seolah menjadi jebakan yang dapat menghantui siapa saja, dijelaskan dengan apik dalam buku ini. Uraiannya juga tidak terbatas pada bagaimana rasa insecure itu ada pada diri seseorang, namun juga mengajak untuk menghadapi dan mengubah rasa insecure menjadi batu loncatan untuk menjadi lebih baik.

Cakupan isi dalam buku ini seputar alasan apa saja yang umum terjadi pada seseorang sehingga rasa insecure itu muncul. Seperti good-looking yang selalu menjadi tolak ukur penilaian pertama atas seseorang, kebingungan dalam menentukan skill, iri terhadap achievement yang didapatkan orang lain, dan masih banyak lagi.

Seperti halnya sebuah nasihat, terkadang ucapan motivasi tidak selalu tepat bagi orang yang menerimanya. Bisa jadi karena sudah merasa tahu apa yang seharusnya dilakukan, atau mungkin sudah terlalu banyak menelan berbagai ungkapan motivasi namun tidak memberikan perubahan yang signifikan.

Link Shopee buku Insecurity is My Middle Name : https://shope.ee/1fhfBKqBaS

Nah, dalam buku ini, nasihat-nasihat tersebut dikemas dalam bentuk ungkapan seorang teman yang menginginkan kebaikan untuk temannya yang sedang terjatuh, tidak menggurui namun dibuat seakan sangat dekat dengan kita. 

Seperti pada bagian "Insecurity 29: Iri dengan pencapaian teman-teman" (hal. 179). Penulis sembari menuliskan pengalamannya saat berada di titik itu. Di mana kegagalan beruntut menerpanya sedangkan teman-teman yang lain sedang berlari untuk sampai pada garis finish di depan. Namun pada akhirnya, ia berhasil melewati itu dan sampai pada proses yang sekarang, yaitu menuliskan buku-buku yang menjadi 'teman' bagi para pembaca. 

Di samping itu, penulis juga memberikan reminder dari sisi agama. Bahwa apa yang kita kejar mati-matian di dunia ini, jika tidak bertujuan untuk memperoleh kebaikan di akhirat, maka tidak ada maknanya.

Baca juga : Review Buku "Kamu Gak Sendiri" Karya Syahid Muhammad

Contoh lain adalah ketika membicarakan soal penampilan atau good-looking (hal. 13). Definisi rupawan/cantik/tampan (kesempurnaan fisik) yang sering menjadi penilaian serta dianggap privilege bagi seseorang, mengantarkan banyak di antara kita yang berlomba-lomba untuk menyempurnakan fisik, dengan anggapan karena tidak mempunyai nilai/value pada hal tersebut.

Melalui buku ini, kita diajak untuk tidak hanya fokus pada kesempurnaan fisik sehingga mengabaikan yang lain, seperti kualitas diri. Kita bisa terus berlatih mengasah kemampuan, belajar memperbanyak soft skill, hingga pada memperbaiki attitude yang selama ini masih kurang.

Dan pada bagian pamungkas, penulis mengatakan "if you feel insecure, Allah can make you feel secure, but every good thing takes time"

Semoga bermanfaat, semangat! 

Continue reading Review Buku "Insecurity Is My Middle Name" - Karya Alvi Syahrin