Friday, August 26, 2022
Tuesday, August 23, 2022
Review Buku : A Cup of Tea, Karya Gita Savitri Devi
Awal mula tertarik baca buku ini adalah karena sudah tahu lebih dulu dengan kak Gita (penulis buku) melalui channel youtube-nya. Ketika tahu ternyata kak Gita sempat merampungkan tulisannya dalam bentuk buku, alhasil langsung aku eksekusi.
A Cup of Tea adalah buku kedua dari Gita Savitri Devi atau lebih dikenal dengan panggilan Gitasav, diterbitkan oleh Gagasmedia pada tahun 2020. Buku yang berjumlah 163 halaman ini cukup banyak menambah insight buatku. Ada hal-hal yang pas aku baca, membuatku tersadar kembali. Salah satunya ialah pada uraian tentang "Let there be spaces" (hal. 123).
Baca juga : Review buku "I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki 1" karya Baek Se Hee
Di bagian ini menjelaskan bahwa; ada perlunya kita menciptakan jarak antara diri kita dengan orang lain. Jarak yang dimaksud adalah memberikan space supaya kita tidak menggantungkan apapun terhadap orang lain, entah itu kepada teman, pasangan, keluarga, dan baik itu tentang kebahagiaan, kekecewaan, marah, dll. Jadi space di sini bukan berarti untuk memperburuk hubungan sosial kita dengan yang lain.
Kenapa itu perlu, karena tidak jarang ketika kita bergantung pada orang lain, dan saat hal itu tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, kita akan kecewa dan akan menyalahkan keadaan, diri sendiri, pun juga orang lain tersebut. Dan untuk sembuh dari situasi seperti itu, bukan perkara yang mudah.
Issue yang diangkat ke dalam buku ini merupakan hal-hal yang sering kita jumpai dalam realitas sehari-hari. Namun yang menjadi daya tarik ketika membaca buku ini adalah sudut pandang yang digunakan oleh penulis.
Kak Gita sendiri sudah cukup lama tinggal di Jerman, tentu budaya, cara melihat/penilaian terhadap sesuatu ada yang berbeda dengan kita (khususnya aku pribadi) yang notabene-nya selama ini hanya melihat kultur yang terbatas hanya dari sekitar kita saja (dan ini aku sadari juga karena aku masih belum banyak baca hehe. Karena itu, bisa jadi first impression yang aku rasakan berbeda dengan teman-teman yang sudah lebih dulu mendapatkan data tentang ini).
Link Shopee buku A Cup of Tea : https://shope.ee/20KVZafviV
Contohnya adalah pada bagian/judul "Menikah" (hal. 57). Penulis menyampaikan bahwa keputusan menikah itu bukan menjadi sesuatu hal yang "harus" atau menjadi life goal. Tapi itu pilihan sesuai dengan kondisi dan pertimbangan masing-masing individu.
Pernyataan yang seperti ini, barangkali berbeda dengan "kebiasaan" turun temurun yang ada di lingkungan kita, dimana menikah menjadi salah satu tujuan hidup yang mau tidak mau harus dilalui tanpa berpikir panjang dan mempertimbangkan berbagai aspek dalam kesiapannya (sekali lagi, tentu ini tidak terjadi di semua tempat).
Baca juga : Review Buku "Berjalan Jauh" Karya Fauzan Mukrim
Di samping pembahasannya yang terasa dekat dengan kita sehari-hari, penulis juga menyampaikannya dengan bahasa yang terkesan akrab, seperti halnya seorang teman yang sedang menceritakan pengalaman serta pandangannya mengenai hal-hal tersebut. Pada bagian tertentu, juga disertai foto/dokumentasi untuk dapat membuat kita semakin betah membacanya.
Pada akhirnya, A Cup of Tea benar-benar bisa menjadi teman kita untuk dapat turut serta membuka wawasan dan pandangan kita terhadap hal-hal yang ada di sekitar kita.