Saturday, September 24, 2022

Langkah Awal Sebagai Seorang "Pemimpi"

Membicarakan soal "mimpi" pasti menjadi keseruan tersendiri. Seolah kita melihat diri kita di beberapa tahun kemudian. Bayangan tentang keberhasilan, prestasi, sukses, menjadi sebuah cerminan kita di masa depan.

Namun, kita sebagai manusia yang berhak untuk bermimpi seperti demikian, tentunya bukan berarti hanya bertugas untuk mengkhayal. Dengan kata lain benar-benar hanya berhenti pada angan-angan, sedangkan tidak ada usaha dan doa untuk mewujudkan itu.

Baca lainnya : Self-Growth; Jadikan Tantangan Menjadi Peluang untuk Tumbuh Lebih Baik

Setelah mengamati sekitar dan berusaha mencermati diri sendiri, terkadang yang menjadi kendala adalah bukan pada tidak mau berusaha, tapi bingung harus memulai dari mana, bahkan harus melakukan apa untuk menjadi langkah awalnya.

Dalam salah satu webinar yang kuikuti, aku berkesempatan untuk menanyakan hal itu. Kebetulan pematerinya adalah Kak Nadhira Afifa, salah satu perempuan yang aku idolakan. 

Menanggapi pertanyaan yang aku berikan, Kak Nadhira menyampaikan setidaknya ada dua poin besar yang bisa kita lakukan untuk memulainya sebagai langkah awal.

Pertama, membuat to do list. Kita bisa mulai dengan membuat gambaran dan memetakan skala prioritas. Maksudnya adalah untuk sampai pada mimpi itu, kita bisa lakukan sesuatu yang paling mudah kita jangkau. Dan di sinilah, perlunya kita mengetahui bagaimana kemampuan diri.

Pembahasan ini juga disebutkan dalam buku "Almost Adulting" yang ditulis oleh Kak Nadhira dengan tema Hierarchy of Goals. Bahwa untuk sampai pada goal besar, kita harus membuat turunan dari tujuan tersebut atau goals-goals kecil untuk mengantarkan kita pada tujuan utama kita. 

Seperti halnya ketika menaiki tangga, kita tidak bisa berada di puncak tangga tertinggi tanpa melewati tangga paling bawah, bukan?

Kedua, mencari informasi dari orang-orang yang sudah lebih dulu dalam bidang yang kita inginkan. Contoh, kamu ingin jadi penulis, tentu kamu bisa mencari tahu seputar kepenulisan dari orang-orang yang menekuni itu. Sehingga bisa tergambar step apa saja yang dibutuhkan dan perencanaan apa yang harus dibuat.

Baca lainnya : Menemukan Passion yang Kita Punya

Dan, berbicara perihal "mimpi", aku sepakat bahwa hal itu tidak akan pernah terlambat, termasuk tidak dibatasi dengan usia. Jika ada yang beranggapan malu untuk bermimpi dan memulai langkah awal terhadap mimpi terebut karena sudah tidak lagi di usia muda, menurutku itu bukan pilihan yang tepat.

Jadi, berapapun usiamu, se-bingung apapun kamu untuk memulai, setidak-mungkin apa hal itu di pikiranmu, mari kita coba dulu dengan langkah awal yang paling terjangkau untuk kita lakukan. Lagi-lagi, soal akan bagaimana nanti hasilnya, biarkan itu menjadi rahasia-Nya.


Continue reading Langkah Awal Sebagai Seorang "Pemimpi"

Wednesday, September 21, 2022

Book Review - "I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki 1" Karya Baek Se Hee

Memahami diri sendiri merupakan langkah untuk mencintai dan menerima segala hal yang diri punya. Entah itu berupa sebuah kelebihan yang bersifat pujian atau kekurangan yang sering mendapat komentar dari orang lain. Tapi tentunya proses itu tidaklah mudah dan juga tidak sebentar dalam menjalaninya. 

Berbagai pertanyaan, kebingungan, kecemasan terkait diri sendiri, tertuang dalam buku ini. Karena penulis menceritakan apa yang pernah dialaminya secara transaparan dalam buku ini.

Dari judulnya "i want to die but i want to eat tteopokki" mempunyai daya tarik tersendiri bagi para pembaca. Karena kata "mati" yang pada dasarnya suatu peristiwa serius tapi dikaitkan dengan makanan khas korea "tteopokki" yang pada akhirnya membuat bertanya-tanya apa pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

Baca juga : Review buku "Insecurity is My Middle Name" Karya Alvi Syahrin

Bentuk penulisan dalam buku ini dikemas ke dalam gaya dialog. Yakni ketika penulis melakukan konsultasi dengan psikiater saat sedang proses terapi karena mengalami Distimia (bentuk kronis dari depresi). 

Percakapan yang diangkat adalah berkaitan dengan kondisi emosi atau keadaan yang dirasakan oleh penulis di setiap harinya, termasuk peristiwa apa yang baru ia alami dan yang ia rencanakan. Sehingga penulis dapat mengungkapkan hal/emosi apa yang sedang ia rasakan.

Buku ini berisi esai yang ditulis oleh Baek Se Hee, berasal dari Korea dan menjadi best seller di sana. Sehingga diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa --termasuk Indonesia-- dan telah mengalami cetak ulang yang ke sekian kali. Diterbitkan oleh Penerbit Haru pada tahun 2019 dengan ketebalan 236 halaman.

Pada dasarnya buku ini mengajak para pembaca untuk mengamati terhadap apa yang sedang diri rasakan. Termasuk hal-hal yang barangkali terdengar remeh, seperti rencana yang dilakukan sepulang kerja, menceritakan teman baru di kantor, dan lain-lain.

Namun ternyata, hal apapun yang terlintas dalam benak kita, hal sekecil apapun yang kita lewati, punya peran masing-masing untuk membentuk kita dalam proses berpikir, menentukan pilihan dan bagaimana kita mengambil keputusan.

Baca juga : Review buku "Duduk Dulu" Karya Syahid Muhammad

Seperti yang digambarkan dalam buku ini adalah ketika penulis menceritakan perasaannya saat menilai orang lain dari kesimpulan pendeknya. Menganggap bahwa segala hal hanya berkisar antara "iya" dan "tidak", "hitam" dan "putih", "disukai" dan "dibenci". Karenanya seolah tidak ada pemakluman ketika berbicara jujur tanpa memikirkan bagaimana tanggapan orang lain.

Dan hal seperti itu, tidak tiba-tiba ada, melainkan terbentuk perlahan bersamaan dengan pengalaman dan kondisi yang telah dilalui. Pun juga bukan berarti itu sesuatu yang mutlak, sehingga tidak bisa diubah. Justru dengan usaha mengenali segala emosi yang diri punya, merupakan kesempatan untuk memperbaiki hal-hal yang bersifat kurang baik/tepat.

Link Shopee buku I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki 1 : https://shope.ee/4V1rLYJBkA

Continue reading Book Review - "I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki 1" Karya Baek Se Hee

Tuesday, September 20, 2022

Review Buku "Kakeibo - Seni Cerdas Finansial ala Jepang", Karya Ae Zen

Mengelola keuangan menjadi tantangan tersendiri, bukan? Ketika baru saja mendapat sejumlah uang, misalkan gaji, tidak jarang uang itu habis tiba-tiba tanpa tahu pasti kemana perginya dan penggunaannya.

Sehingga pengaturan keuangan menjadi hal yang penting agar rezeki yang berupa uang tersebut tidak disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak berguna dan dapat menjadi manfaat yang lebih baik.

Dalam buku ini dijelaskan bagaimana pengelolaan uang dengan menggunakan metode Kakeibo.


Buku "Kakeibo : Seni cerdas finansial ala Jepang agar uang anda tak habis terbuang" ditulis oleh Avizena Elfazia Zen, atau yang dikenal dengan nama pena Ae Zen. Diterbitkan oleh Caesar Media Pustaka pada tahun 2020 dengan jumlah halaman 192.

Kakeibo sendiri adalah sebuah metode yang didasari pada pencatatan segala hal yang berkaitan dengan uang, entah itu berupa income, pengeluaran, tabungan, bahkan anggaran yang sifatnya terhitung kecil. Bagian yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan evaluasi berkala. Sebagai contoh dalam satu bulan bagaimana proses berjalannya keuangan tersebut, apakah sesuai perencanaan atau malah sebaliknya. 


[Review buku Kakeibo versi Youtube, bisa simak video di bawah ini:]


Mindset yang ditawarkan dari metode Kakeibo melalui buku ini adalah "Hemat". Segala hal harus diperhitungkan dengan cermat, terukur, dan jelas. Seperti, apa yang termasuk kebutuhan dan apa yang hanya sebatas keinginan.

Tentunya hemat yang dimaksud bukanlah pelit, apalagi sampai mengesampingkan kebutuhan primer. Tapi yang ditekankan di sini adalah kesederhanaan atau mengutamakan daya guna di samping keinginan sesaat.

Dari pengelolaan keuangan yang demikian, maka akan ada banyak manfaat yang didapatkan. Setidaknya secara umum ada 4 hal yang disebutkan dalam buku ini, yaitu financial benefittime benefitbrain benefit dan energy benefit



Bagian menarik lainnya adalah buku ini dilengkapi barcode untuk dapat mengakses tabel dan form pencatatan keuangan. Sehingga kita bisa ikut langsung mempraktikkan metode tersebut.

Buku ini sangat cocok untuk kalian/kita yang bertekad mengubah kebiasaan finansial yang selama ini kurang terarah dan bertekad untuk memperbaikinya. Karena pada prinsipnya adalah apa yang kita miliki saat ini, tidak harus dihabiskan sekarang ini juga.

Link Shopee buku Kakeibo Seni Cerdas Finansial ala Jepang : https://shope.ee/2VGmxm75dI
Continue reading Review Buku "Kakeibo - Seni Cerdas Finansial ala Jepang", Karya Ae Zen

Thursday, September 15, 2022

Review Buku "Duduk Dulu" Karya Syahid Muhammad

Saat merasa gagal, kecewa, terluka, apa yang ingin atau secara spontanitas kalian lakukan? 

"Menangis? Bercerita? Berhenti? atau barangkali menyalahkan diri sendiri?"

Menghadapi keadaan yang tidak kita inginkan, seringkali membuat kita di bawah tekanan, bukan? semakin terintimidasi dan seperti dihakimi dengan segala polemik yang seolah di luar kontrol kita.

Buku "Duduk Dulu"  mengajak kita agar tidak lupa dengan diri kita sendiri, terutama dalam keadaan-keadaan tersebut. Mengingatkan kita dengan sesekali mencoba untuk ajak bicara diri sendiri, mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri karena sudah berusaha keras untuk bertahan sampai detik ini.


Buku ini ditulis oleh Syahid Muhammad pada tahun 2021, diterbitkan oleh Gradien Mediatama dengan jumlah halaman 236.

Buku dengan gaya self-talk ini berperan seperti teman dekat kita, bahkan seolah menjadi diri kita sendiri untuk berhak memeluk dan merangkul diri kita yang sedang terluka dan merasa lelah dengan semua hal. Yang tidak kalah penting adalah, mengajak kita untuk self-care agar tidak se-enak hati juga dalam bersikap kepada orang lain.


Salah satu part favorit adalah "kadang, kita sendiri yang perlu tepuk tangan atas perjuangan yang tidak disaksikan siapapun" (hal. 193).

Karena perjuangan dan usaha yang kita lakukan, orang lain tidak tahu-menahu tentang detailnya. Bahkan tidak jarang mereka tidak menyambut baik atas apa yang telah kita usahakan secara mati-matian. Maka dari itu, pilihan terbaik adalah mengapresiasi atas kerja keras diri sendiri, tanpa mengharapkan bagaimana orang lain merespons itu.


Saat membaca buku ini, kita akan menemukan hal-hal kecil yang membuat kita tersadar bahwa selama ini kita sering melupakan itu. Seperti, berterima kasih kepada diri sendiri, ajak ngobrol diri sendiri, lebih peka terhadap hal-hal di sekitar, sampai pada tidak sembarangan dalam bersikap dan menilai orang lain, sebagaimana terhadap diri sendiri.

Dengan "duduk dulu" kita memberi jeda sebentar untuk lebih kenal dan memahami diri sendiri yang bisa jadi selama ini sering kita abaikan.


"Jangan sampai terbiasa dengar kata orang, jadi lupa caranya mendengar diri sendiri" (hal. 196)

Dalam menentukan pilihan, kita justru mempunyai andil terbesar untuk membuat keputusan. Karenanya, jangan sampai lupa apa yang menjadi tujuan utama kita dalam melangkah, hanya karena terdengar suara orang lain yang barangkali seperti peduli, tapi ternyata malah sebaliknya.

Buku ini juga dilengkapi dengan beberapa ilustrasi yang membuat kita semakin nyaman untuk "duduk dulu" dan mendengarkan isi hati yang diwakili dengan membaca kalimat-kalimat yang terdapat dalam buku ini.

Link Shopee buku Duduk Dulu : https://shope.ee/4KiR8zhofK



Continue reading Review Buku "Duduk Dulu" Karya Syahid Muhammad

Thursday, September 8, 2022

The Power of Being Introvert

Pembahasan mengenai extrovert dan introvert menjadi diskusi menarik tersendiri. Dua istilah yang dipahami mencerminkan kondisi kepribadian yang saling bertabrakan satu sama lain. 

Pemahaman yang paling umum dari keduanya adalah bahwa extrovert mencerminkan manusia yang terbuka dengan orang lain, mudah bergaul, berani bicara, sedangkan introvert adalah sebaliknya. Sehingga terkadang karakter introvert ini dipahami sebagai suatu karakter yang sulit untuk maju, berkembang dan tampil ke depan, karena dianggap tidak akan berhasil dalam hal memiliki koneksi dengan orang lain.

Akhirnya ada sebagian orang yang merasa dirinya introvert, merasa tidak punya cukup kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan dirinya secara maksimal.

Padahal sebenarnya tidak demikian, karena itulah salah satu alasan kelas yang aku ikuti mendiskusikan hal tersebut. Bunda Nelly Mathias yang ketika itu sebagai pembicara menyampaikan bahwa kita perlu meluruskan miskonsepsi tersebut.

Exstrovert dan introvert merupakan dimensi tentang kebergantian karakter manusia, yang membedakan adalah cara mengambil energi yang dia butuhkan untuk memberi energi pada dirinya sendiri.

Baca juga : Self Growth - Jadikan Tantangan Menjadi Peluang untuk Tumbuh Lebih Baik

Seorang exstrovert akan me-recharge energi dengan lingkungan umum secara sosial dan menarik energi dari orang lain. Karenanya, dia akan lebih mudah bergaul dan aktif. Sedangkan introvert lebih suka/nyaman dalam lingkungannya sendiri, dan bisa seleluasa mungkin untuk berekspresi ketika berada di lingkungan yang menurutnya tepat dan sesuai dengan kenyamanannya.

Jadi, seorang introvert bisa saja berbicara di depan umum dengan sangat baik, bahkan melebihi mereka yang ekstrovert, namun energi yang dia butuhkan cukup banyak untuk itu dan perlu mengisi ulang dengan caranya sendiri.

Ketika mendapat penjelasan tersebut, aku jadi teringat statement Maudy Ayunda yang saat itu diundang di sebuah acara dan mengatakan bahwa dirinya introvert. Sehingga dia tidak punya cukup energi jika berhubungan dengan banyak orang dalam waktu bersamaan dengan intensitas yang berlebih.

Karena saat mendengar Kak Maudy mengatakan itu, aku seperti tidak percaya. Apakah benar seorang Maudy yang kita semua --sepertinya-- tahu prestasi dan kesibukan yang dia jalani, adalah seorang introvert yang aku mengiranya dengan pemahaman di awal tadi.

Dengan demikian, entah itu kita seorang extrovert atau introvert, kita sama-sama memiliki kesempatan untuk berusaha dan mengupayakan apa yang ingin kita raih. Dan tentunya dengan kita mengetahui masuk ke dalam kelompok yang mana, kita bisa tahu bagaimana untuk merespons kebutuhan diri ketika itu. 

Seperti --ketika seorang introvert, tahu kapan waktunya untuk sendiri terlebih dahulu atau kapan waktu yang tepat untuk ikut masuk ke dalam circle sosial yang cukup besar.


Continue reading The Power of Being Introvert

Book Review : Almost Adulting, Karya Nadhira Afifa

Menghadapi Quarter Life Crisis memang tidak mudah. Fase di mana kita mempertanyakan sekaligus mengkhawatirkan hal apapun yang berhubungan dengan diri sendiri, seperti apa kemampuan kita, meratapi berbagai kekurangan yang kita punya, bagaimana masa depan kita, ketakutan akan tidak dapat pekerjaan, dan lain-lain.

Hal-hal yang demikian bisa kita temukan dalam buku ini. Selain membahas apa saja yang biasanya kita temui/rasakan saat berada dalam fase Quarter Life Crisis, penulis juga menawarkan solusi untuk menjadi bekal kita saat menghadapinya.

Buku "Almost Adulting; Self-Help Approach to Deal With Quarter Life Crisis" merupakan buku kedua dari Nadhira Afifa --setelah buku pertamanya "Limitless". Buku ini diterbitkan tahun 2022 oleh Gramedia Pustaka Utama, dengan ketebalan 218 halaman.

Baca juga : Review Buku "Limitless" Karya Nadhira Afifa

Melalui buku ini, penulis mengajak kaum muda untuk cermat dan bijak dalam menghadapi Quarter Life Crisis. Yakni menjalani fase ini dengan sebaik-baiknya, supaya tidak terjebak dengan lubang kebingungan yang seakan tanpa jalan keluar. Namun juga bukan dengan perasaan penuh takut, tapi tetap realistis dan bijak dalam mengambil keputusan.

Misalnya adalah issue terkait karir haruslah sesuatu yang kita jalani dengan grafik secara linear. Maksudnya apa yang kita pelajari selama ini, itulah yang menjadi cerminan karir kita di masa depan. Sehingga ketika sedikit 'keluar' saja dari grafik tersebut, dikhawatirkan akan tidak memiliki karir yang cemerlang.  

Dalam buku ini disebutkan, konsepsi seperti itu memang bukan hal yang salah, barangkali malah menuntun kita untuk fokus dan penuh persiapan sedari jauh-jauh hari. Namun, masalahnya adalah kita tidak bisa menentukan secara pasti bagaimana jalan cerita kita di depan sana.

Bisa jadi itu sesuai dengan grafik yang telah kita bangun sejak dulu, tapi tidak menutup kemungkinan ketika itu terjadi sebaliknya. Jadi, ketika ternyata karir kita di kemudian hari tidak sesuai dengan apa yang sudah dipelajari sebelumnya, maka itu tidak lantas menjadi hal yang memalukan. Karena setiap orang mempunyai alur masing-masing dalam menemukan pekerjaan/karir yang tepat untuknya.

Hal menarik lainnya yang bisa kita temukan dalam buku ini adalah pada setiap topik pembahasannya diselipkan wawancara eksklusif dengan sosok-sosok inspiratif, baik itu dari teman-teman penulis ataupun dari jajaran menteri. Pembaca seperti diberikan contoh nyata dari orang-orang tersebut sesuai dengan topik yang sedang dibahas.

Baca lainnya : Review buku "Perempuan yang Mendahului Zaman" karya Khairul Jasmi

Dalam menuliskan buku ini, penulis tidak hanya berbekal pada teori dan data-data ilmiah, tetapi juga dari pengalaman yang sudah dilaluinya. Sehingga penyampaian yang digunakan terasa dekat dan tidak terkesan menggurui. Selain itu juga dilengkapi dengan gambar atau ilustrasi supaya lebih mudah dipahami dan membuat pembaca tidak bosan serta semakin betah untuk berlama-lama membacanya.

Link Shopee buku Almost Adulting : https://shope.ee/1VOFliC9VR

Continue reading Book Review : Almost Adulting, Karya Nadhira Afifa

Sunday, September 4, 2022

Self Growth - Jadikan Tantangan Menjadi Peluang untuk Tumbuh Lebih Baik

Salah satu kelas yang pernah aku ikuti, mendiskusikan tema seputar "Self Growth". Materi disampaikan oleh Coach Lika Satvarini, Profesional Image and Communication. 

Dalam diskusi tersebut, Coach Lika menyampaikan bahwa proses tumbuh yang kita alami, hal yang pertama dilakukan adalah, kita menyadari bahwa kita perlu dan harus berkembang/berproses untuk lebih baik setiap harinya. Berproses dalam hal apa? yaitu menjadi versi terbaik atas diri kita sendiri.

Seperti, menentukan tujuan kita dan cara mewujudkannya, bentuk respons dalam menghadapi hal-hal apapun serta mencari jalan keluar dalam setiap masalah yang kita hadapi. Dan yang paling utama, semua hal itu berporos pada memberikan manfaat/berkontribusi untuk kebaikan-kebaikan di lingkungan kita.

Selain itu, setidaknya ada tiga tahapan yang perlu kita lakukan untuk mengoptimalkan self growth dalam diri kita:

  • Sadari apakah hari ini lebih baik dari hari kemarin, kita lakukan evaluasi dari setiap hal yang kita jalani di hari tersebut. 
  • Menarik pembelajaran dari setiap kondisi yang sudah kita lalui, supaya kita tahu bahwa ketika itu berupa kesalahan, kita tidak melakukan hal yang sama dan jika itu kebaikan, kita bisa terus meningkatkannya. Sama halnya jika kita dihadapkan dengan hal yang serupa, kita sudah tahu bagaimana meresponsnya.
  • Berproses step by step, kaitannya dengan hal ini, seringkali kita menginginkan sesuatu menjadi nyata dan terjadi dengan seketika. Namun realitasnya tidak bisa demikian, kita perlu lakukan satu-satu dan sifatnya bertahap pelan-pelan. 

Dalam proses tersebut, kita juga akan mengalami banyak hal, seperti ups and downs, rasa ingin menyerah, begitupun sebaliknya; menggebu penuh semangat, kadang juga apa yang sudah diupayakan tidak begitu terlihat hasilnya menurut kita. 

Baca juga : 'Menemukan' Passion yang Kita Punya

Sedangkan saat dihadapkan dengan masalah/kesulitan tertentu, seringkali terlintas di pikiran kita untuk menyerah dan putus asa. Kita sebagai manusia yang dibekali dengan berbagai bentuk emosi serta cara berpikir, mengarahkan kita dengan berbagai pilihan juga, antara berhenti atau lanjut, antara sungguh-sungguh atau seadanya, antara mengganti tujuan kita atau memperjuangkannya.

Tapi, dalam fase itulah sebenarnya kita bisa mengukur sekaligus menjadi peluang kita dalam self growth. Masalah-masalah yang kita hadapi bisa kita jadikan sebagai tantangan dan batu loncatan untuk menjadi lebih baik lagi. Berbekal pengalaman yang telah lalu, kita bisa selesaikan perlahan dengan lebih bijak.

Agar itu tidak hanya berhenti pada sebuah ungkapan motivasi, kita perlu menumbuhkan dorongan dan tekad yang kuat dalam diri kita. Karena aku yakin, hal itu sama sekali tidak semudah dengan apa yang diucapkan.

Satu lagi yang perlu diingat adalah, saat menjalani itu kita bisa mengambil jeda dan istirahat sebentar, atau bahkan itu perlu untuk kita lakukan. Supaya kita bisa memikirkannya dengan lebih matang dan tidak terburu-buru dalam bertindak.  

Continue reading Self Growth - Jadikan Tantangan Menjadi Peluang untuk Tumbuh Lebih Baik

Perempuan Yang Mendahului Zaman, Novel Biografi Syekhah Rahmah el-Yunusiyyah Karya Khairul Jasmi || Book Review

Ungkapan bahwa perempuan memiliki keterbatasan untuk bergerak maju dan berpengaruh merupakan pernyataan yang tidak ada dasarnya. Hal itu dibuktikan salah satunya dengan kisah hidup seorang perempuan yang bernama Rahmah el-Yunusiyyah. Perjalanan serta kiprahnya terangkum runtut dalam buku ini.

"Peremupuan Yang Mendahului Zaman" merupakan buku yang ditulis oleh Khairul Jasmi, diterbitkan tahun 2020 oleh Republika Penerbit dengan jumlah halaman 229. Buku ini menjadi sebuah karya yang sangat pantas untuk kita beri apresiasi.

Sebuah buku yang mengenalkan salah satu tokoh perempuan Indonesia dengan bentuk novel, di mana mempunyai cara penyampaian tersendiri ketika dibandingkan dengan buku-buku biografi seperti pada umumnya. Dan itu menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi pembaca.

Baca juga : Review Buku "Limitless" Karya Nadhira Afifa

Rahmah el-Yunusiyyah adalah tokoh/ulama perempuan yang berperan besar dalam pendidikan kaum perempuan di Padang Panjang. Beliau juga turut aktif dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Karya masterpiece-nya adalah mendirikan sekolah pertama khusus perempuan di Indonesia, bahkan pertama di Hindia Belanda. Yang dikenal dengan nama Diniyah Puteri Padang Panjang. 

Kiprahnya dalam dunia pendidikan --khususnya perempuan, membuat rektor al-Azhar, Mesir, melirik sekaligus melakukan kunjungan ke Diniyah Puteri Padang Panjang, yang kemudian menjadi salah satu cikal bakal dibukanya fakultas untuk perempuan di Universitas tersebut (h. 185). 

Beberapa saat kemudian, beliau bergantian diundang ke Mesir dan pada kesempatan itu beliau diberi gelar kehormatan dengan sebutan "Syekhah". Gaya busana yang senantiasa tampil dengan jilbab besarnya, tidak membatasi dirinya untuk melakukan gebrakan-gebrakan kebaikan dan melebarkan sayapnya dalam kebermanfaatan.

Dalam buku ini juga dikisahkan perjuangan Syekhah Rahmah el-Yunusiyyah dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Beliau menjadi salah satu pejuang dan pahlawan nasional dari jajaran kaum perempuan ketika itu.

Link Shopee buku Perempuan yang Mendahului Zaman : https://shope.ee/2AdwYr7RNg

Sosoknya menjadi panutan inspiratif bagi perempuan-perempuan setelah zamannya, termasuk era modernisasi seperti sekarang. Mengajak kaum perempuan untuk berperan aktif memberikan kemanfaatan bagi sekitarnya, serta berani bergerak dan menyuarakan kebenaran.

Syekhah Rahmah el-Yunusiyyah berulang kali mengatakan "sebuah bangsa, jika perempuannya tanpa ilmu, maka akan banyak malapetaka". 

Baca lainnya : Review buku "A Cup of Tea" karya Gita Savitri

Hal itu mnejadi sebuah ungkapan yang mendorong kuat agar kaum perempuan tidak berhenti untuk belajar, apalagi dengan dalih perempuan tidak mampu berkarir dan berujung menjadi seorang ibu. Justru untuk menjadi seorang ibu, perlu penguasaan ilmu untuk membekali dan mendidik anak-anaknya dengan baik.

Perjuangan Syekhah Ramhah el-Yunusiyyah tersebut tidak berhenti sampai ajal menjemputnya. Semangat berjuang yang dimilikinya, sudah sepatutnya menjadi cambuk semangat untuk kita, bahwa selama napas masih bisa dihembuskan, maka pintu masih terbuka untuk mengarungi bahtera ilmu dan hal-hal baru lainnya.

Continue reading Perempuan Yang Mendahului Zaman, Novel Biografi Syekhah Rahmah el-Yunusiyyah Karya Khairul Jasmi || Book Review