Berbicara soal passion, semakin ke sini sepertinya semakin ramai diperbincangkan. Orang-orang saling bertanya "sebenarnya apa ya passion-ku?", "kalau kamu apa passion-nya?", "udah tahu passion kamu belum?", "aku ngerasa ini bukan passion-ku deh". Begitu pun dengan adanya media sosial yang semakin gencar membicarakannya, disertai banyaknya platform atau kelas khusus untuk mendiskusikan itu.
Passion secara umum bisa kita pahami dengan kecenderungan terhadap suatu hal yang menjadi minat kita sekaligus menjadi dorongan kemampuan, sehingga dapat membantu kita untuk mengetahui bidang apa yang bisa kita jalani dengan penuh antusias dan kita mau terus berkembang dalam hal itu.
Beberapa waktu lalu --sampai sekarang ya sebenarnya, aku juga terusik dengan mencari tahu apa passion-ku. Dan itu mengantarkanku pada salah satu acara dengan narasumber Muady Ayunda. Anak-anak millenial tentu enggak asing lagi kan dengan nama tersebut? bintang muda yang sering menggegerkan Indonesia karena prestasinya.
Dalam acara tersebut, Kak Maudy membahas cukup luas tentang passion ini. Salah satu poinnya adalah passion tidak mesti sesuatu yang bisa dicari yang kemudian akan ajek ketika sudah ditemukan, tapi sifatnya akan terus berkembang dan bisa jadi juga berubah.
Karena itu, kita enggak bisa hanya fokus pada pencarian yang tak berujung, sehingga ketika merasa tidak menemukannya, kita melabeli itu sebagai kegagalan. Contohnya begini:
Sepertinya di momen-momen tertentu, rata-rata kita pernah merasakan "aku kayaknya enggak bisa apa-apa deh, aku enggak ada bakat apa pun, selama ini nyari apa keahlianku, nyari passion-ku juga masih belum ketemu-ketemu". Yang kemudian akhirnya menyerah dan selanjutnya tidak melakukan apa pun, menjadi stres, frustasi dan merasa gagal karena belum ketemu sama passion-nya.
Lebih lanjut Kak Maudy mengatakan; Jadi barangkali untuk pencarian passion ini tidak akan pernah berhenti. Maksudnya kita bisa terus mencari untuk lebih tahu apa yang bisa kita lakukan dengan apa yang saat ini bisa kita maksimalkan. Dan itu merupakan sebuah proses, bukan akhir.
Baca juga : People Pleaser, Itukah Kamu?
Kalau waktu SMA kamu suka melukis dan punya keinginan untuk menjadi pelukis profesional, kemudian masuk kuliah karena ternyata lingkungan kamu suka membangun bisnis, akhirnya kamu lebih tertarik untuk menekuni itu. Dan setelah lulus kuliah tidak menutup kemungkinan ada hal lain yang kamu juga ingin berkecimpung di dalamnya. Di kemudian hari, bisa saja kamu masih menanyakan apa passion kamu atau malah merasa tidak bisa apa-apa.
Jadi passion bisa terus berkembang dan pencarian kita untuk itu bisa akan terus berlanjut seterusnya. Atau apa yang kamu cari, sebenarnya sudah lama ada dalam diri kamu, tapi kamu belum menyadarinya.
Dan untuk sekarang, apabila ada di antara kita ada yang dalam kebingungan itu, mari kita terus berjalan meskipun cukup berat (karena tentunya pasti ada fase di mana kita belum bisa menentukan dalam hal apa kecenderungan diri kita sekaligus mengenali diri lebih jauh lagi), sembari mengoptimalkan apa yang sampai saat ini bisa kita optimalkan.
Perihal akan ketemu atau tidak, dan kapan akan ketemunya, mungkin lebih tepatnya adalah kita wujudkan saja apa yang bisa kita mulai dan apa yang bisa kita lakukan saat ini. Misal kamu benar-benar bingung tentang kemampuan diri kamu, tapi kamu punya sedikit keinginan buat jadi penulis, maka mulai tulis saja dulu apa yang ada di pikiran kamu.
Dengan mencoba banyak hal baru, perlahan, kita juga akan banyak belajar dari prosesnya.